Trip Report Bersama SHD Gunung Harta GH. 119 MERCEDES-BENZ O500R 1836

Sebuah Perjalanan yang Seru dan Menyenangkan bersama PO GUNUNG HARTA.

Perjalanan Bersama Argo Bromo Anggrek Malam

Perjalanan dari Semarang Tawang menuju Jakarta Gambir Bersama Argo Bromo Anggrek Malam

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Jumat, 25 November 2016

Perjalanan Bersama Argo Bromo Anggrek Malam

Dalam rangka menyaksikan perhelatan Indo Defence 2016,penulis memutuskan untuk naik kereta api. Hari Kamis tanggal 3 November 2016 penulis melakukan reservasi online melalui aplikasi KAI Access dari smartphone penulis langsung saja penulis menuju ke menu pesan tiket untuk memesan tiket untuk keberangkatan tanggal 4 November 2016 dengan berbagai macam pilihan kereta eksekutif dari Stasiun Tawang menuju Gambir Jakarta penulis langsung mengarahkan ke halaman bawah, tanpa buang waktu penulis memesan Argo Anggrek Malam untuk perjalanan ke ibukota, saat itu Argo Anggrek Malam yang tersisa Sub Kelas A dengan tarif Rp 365.000,- tahapan demi tahapan pemesanan tiket telah penulis lalui kini tinggal saatnya penulis melakukan transaksi pembayaran tiket. Metode pembayarannya pun bermacam-macam ada yang via transfer ATM, atau melalui gerai mini market yang telah ditunjuk oleh PT KAI sebagai tempat pembayaran tiket kereta api.Penulis memilih metode pembayaran melalui gerai mini market yang telah ditunjuk oleh PT KAI, setelah menyetorkan uang senilai Rp 365.000,- mendapatkan print out bukti pembayaran.

Print Out Pembayaran

Tiba saatnya hari Jum'at 4 November 2016 jam 15.00 WIB kota Pati diguyur hujan deras disertai angin kencang seturut harapan penulis semoga hujannya ngak sampai malam jam berganti menunjukkan pukul 16.00 WIB perlahan hujan mulai berganti menjadi gerimis saatnya kembali ke kantor setelah kunjungan ke nasabah.Jam di kantor menunjukkan jarum pendek di angka 5 saatnya pulang.Setiba di rumah penulis disibukkan dengan kegiatan packing perlengkapan selama di Jakarta. Jam menunjukkan pukul 19.40 saatnya penulis berangkat menuju semarang, setelah melangkahkan kaki dari rumah sampai halte SPG Puri selang beberapa menit kemudian pukul 20.00 tiba bis WIDJI dari arah Surabaya,seturut kemudian kondektur menghampir penumpang yang baru saja naik untuk menarik ongkos dari penumpang, yap cukup Rp.15.000,- untuk ongkos Pati - Semarang.

 Karcis PO WIDJI

Bis pun melaju kencang istilahnya mosak-masik,blong kanan kiri.............hingga menghasilkan aroma kampas rem yang cukup menyengat ke dalam kabin bis tak terasa jam menunjukkan 21.30 bis sampai Semarang.........langsung saja penulis turun di luar kawasan terminal Terboyo........berbagai macam moda transportasi dari Terboyo ke Stasiun Tawang tersedia mulai dari Taxi,Angkot dan Ojek.....karena memilih alasan praktis penulis memilih Ojek setelah negosiasi yang alot antara penulis dengan tukang Ojek akhirnya disepakati tarif sebesar Rp 20.000,- dari Terboyo sampai Stasiun Tawang.Cukup 20 Menit saja antara Terboyo sampai Stasiun Tawang sembari ditemani suasana dingin sehabis hujan yang mengguyur wilayah pesisir utara jawa pada hari itu.

    Stasiun Tawang Semarang

Sesampai di halaman Stasiun penulis mengarahkan kaki ke dalam Stasiun kesan pertama Penulis setelah masuk kedalam Stasiun "wow banyak sekali perubahannya" Secara terakhir kali Penulis naik Kereta Api melalui Stasiun Tawang pada tahun 2002....sudah 14 tahun yang lalu. Berikutnya Penulis menggarahkan diri ke sebuah mesin cetak tiket mandiri yang terdapat didalam Stasiun,mudah sekali caranya untuk mencetak tiket melalui mesin ini cukup dengan memasukkan kode booking yang kita dapatkan setelah melakukan pembayaran tiket tadi.Kode Booking tertera di Print Out atau jika kita melakukan reservasi tiket dengan applikasi KAI Access terdapat pada menu Riwayat atau History,setelah memasukkan kode booking selanjutnya pada layar mesin cetak tiket mandiri akan menampilkan nama,nomor identitas,kereta,dan informasi seperti yang tertera pada tiket pada umumnya,setelah itu akan tinggal klik tanda Print atau Cetak pada layar. Setelah selesai dengan proses mencetak tiket selanjutnya Penulis menuju ruang boarding dengan menunjukkan tiket yang baru saja dicetak kepada petugas jaga ruang boarding untuk diperiksa.

Tiket Kereta Api Sekaligus Sebagai Boarding Pass

Suasana Ruangan Boarding Pass Stasiun Tawang Semarang

Jam menunjukkan pukul 22.30 WIB, Penulis meninggalkan ruang Boarding Pass untuk menuju ke area Peron Stasiun dengan membawa KTP asli dan Tiket untuk dicocokkan datanya oleh petugas jaga Stasiun.


Suasana di area peron Stasiun Tawang Semarang

  Suasana di area peron Stasiun Tawang Semarang

Jam menunjukkan 23.20 WIB dari pengeras suara terdengar dari arah timur kereta api penumpang Eksekutif Argo Anggrek Malam akan memasuki jalur 1 seraya kemudian Penulis bersiap-siap untuk segera masuk kedalam kereta. Penulis langsung menuju gerbong EKS 5 dan menuju kursi nomor 13B
kursi single yang terletak di bagian belakang.

 
Suasana di dalam Kereta Api Argo Bromo Anggrek Malam
Berselang 10 menit kemudian Kereta Api Argo Bromo Anggrek Malam mulai meninggalkan Stasiun Tawang, suspensi udara pada bogie Bolsterless K9 milik Argo Bromo Anggrek Malam terasa sekali kelembutannya dalam meredam guncangan. Bogie yang dipasok oleh Alstom ini berbeda dengan bogie yang digunakan pada kereta api pada umumnya dengan dilengkapi Rubber Spring sebagai suspensi utama sedangkan suspensi sekunder menggunakan suspensi udara (air spring). Suspensi kedua berfungsi untuk menghubungkan bogie ke gerbong, dimana system suspensi menggontrol gerak lateral pada gerbong dan komposisi pneumatic akan menginsulasi gerbong dari getaran dan kebisingan suara (untuk lebih jelasnya bisa menonton video di bawah ini ).

     Sumber Video oleh ALSTOM

Perlahan kereta mulai berjalan menyusuri jalur rel, kereta memasuki Stasiun Poncol pada jam 23.35 hanya sekedar lewat saja, tak lama berselang Kondektur kereta api datang untuk memeriksa tiket penumpang yang baru saja naik dari Stasiun Tawang,sembari ditemani oleh dua orang petugas dari POLSUSKA dan POLISI, dari pengamatan mata penulisi petugas POLISI tersebut dipersenjatai dengan handgun atau pistol menurut penulis langkah tersebut tepat sekali jika dibandingkan dengan dipersenjatai rifle atau senjata serbu (senjata laras panjang) tentunya hal ini turut mempengaruhi efek psikologis penumpang seperti pada video berikut dimana sang turis kaget dan heran melihat Polisi membawa senjata laras dalam rangka menggamankan perjalan kereta api.

Sumber Video oleh Aina Lestari

Sampai tiba saatnya Kondektur kereta memeriksa karcis penulis saat ini untuk menandai karcis yang telah diperiksa, tidak lagi menggunakan alat untuk melubangi tiket sebagai tanda telah diperiksa tetapi saat ini cukup menggunakan aplikasi yang terdapat dalam smartphone sedangkan cara kerjanya cukup dengan memindai kode barcode yang terdapat pada tiket lalu dipindai dengan kamera smartphone. Setelah selesai memeriksa tiket penulis, kondektur kereta menanyakan sudah dapat jatah selimut belum? belum dapat pak.....selang beberapa saat kemudian Pramugara kereta api mulai membagikan jatah selimut untuk penumpang yang baru naik dari Stasiun Tawang.

Kondektur Kereta Api

              Selimut untuk penumpang tapi bukan buat dibawa pulang lho ya....heheheee

       Pramugari menawarkan pemesanan makanan bagi penumpang yang ingin memesan makanan
Sedikit review dari penulis lebih kearah bagian interior gerbong kereta api oke yang pertama penulis ulas mengenai Kursi, sebagai bagian yang amat vital dalam menentukan nyaman tidaknya suatu perjalanan. Disini penulis berpendapat kursi yang digunakan di dalam gerbong Argo Anggrek Malam kurang nyaman untuk digunakan dalam sebuah perjalanan jauh yang menghabiskan durasi selama lima jam dua puluh tujuh menit untuk perjalanan Semarang Tawang - Jakarta Gambir (dengan catatan tidak telat) apalagi jika dari Surabaya Pasar Turi yang memakan waktu selama delapan jam lima puluh menit, yang pertama penulisi soroti tidak adanya fasilitas foot rest yang dihilangkan bisa dibayangkan telepak kaki akan pegal karena tidak adanya sandaran/pijakan selama penumpang beristirahat selama perjalanan. Lalu yang kedua sangat disayangkan untuk sekelas kereta eksekutif tidak ada tambahan leg rest pada kursi penumpang, pastinya penumpang kurang nyamannya dalam perjalanan jauh yang akan menggakibatkan rasa kram pada tungkai kaki terutama bagian otot-otot hamstring ( otot-otot disepanjang paha belakang ). Berikutnya pada reclining seat dan lekukan pada sandaran leher, pada reclining seat tuas tombolnya terasa keras jika dipencet dibutuhkan usaha ekstra untuk mengkonfigurasikan reclining seat baik posisi tegak atau dimiringkan ke posisi belakang, masih berhubungan dengan reclining seat sudut kemiringannya sangat terbatas sehingga jadinya tidak maksimal untuk beristirahat,  lalu menggenai lekukkan pada sandaran leher, bentuk sandaran pada lekukkan sandaran leher hampir rata sehingga membuat leher belakang penulis keesokkan harinya terasa pegal.

 Kursi Pada Argo Bromo Anggrek

Harapan penulis semoga kursinya bisa diretrofit sehingga bisa memberikan kenyamanan yang maksimal kepada penumpang. Seperti gambar kursi dibawah ini, atau bisa saja hanya menggambil kursinya sedangkan arms hand-nya ( tempat penyimpanan meja ) tetap seperti yang digambar diatas.

Kursi Penumpang Pada Bus PO.Gunung Harta Dilengkapi AVOD

Pada gambar diatas terlihat desain sangat ergonomis dengan adanya leg rest pada setiap kursi dan reclining seat. Setelah membedah kursi penumpang kini penulis mengeluarkan sedikit uneg-uneg mengenai pencahayaan yang sangat terang benderang sehingga sangat sulit untuk memejamkan mata untuk tidur. meskipun pada akhirnya penulis bisa tidur juga dengan catatan kurang nyaman, penulis membaca di beberapa web mengapa lampu di dalam gerbong kereta api saat malam hari begitu terang benderang alasannya untuk keamanan didalam kereta api. Harapannya bisa seperti poto di bawah ini kondisi pencahayaannya tidak begitu menyilaukan sehingga nyaman di mata.

 
 Interior KA Argo Dwipangga | Sumber Poto

    Pencahayaan di dalam Kereta Api Argo Bromo Anggrek
Jam 02.10 Berjalan langsung melewati Stasiun Prujakan
Jam 02.15 Berhenti di Stasiun Cirebon
Jam 04.04 Stasiun Cikampek
Jam 04.15 Stasiun Klari
Jam 04.25 Stasiun Kerawang
Jam 05.02 Berhenti di Stasiun Jatinegara
Jam 05.12 Stasiun Manggarai
Jam 05.17 Tiba di Stasiun Gambir

 Tiba di Stasiun Gambir

Gerbong Kereta yang Penulis naiki

Gerbong kereta yang Penulis naiki K1 0 97 18 yang artinya :
K1 : Kereta yang memiliki fasilitas kelas eksekutif
 0   : Kode kereta yang ditarik lokomotif atau tidak dapat bergerak sendiri
97  : Kode tahun pertama kereta tersebut berdinas. angka 97 menunjukkan dinas pertama tahun 1997
18  : Nomor urut kereta nomor 18

 
Video Perjalanan Bersama Argo Bromo Anggrek Malam

*RALAT pada video diatas, seharusnya kereta tiba di Jakarta Gambir pada jam 04.57 WIB tetapi kereta tiba pada jam 05.17 WIB.....

Kesimpulan 
Beberapa hal plus dan minus dalam cerita perjalanan kali ini :
1. Agak disayangkan adanya downgrade pada gerbong kereta api milik Argo Bromo Anggrek ini, seperti pintu yang saat ini sistem buka tutupnya menjadi manual atau tidak otomatis lagi, sehingga kesan eksekutifnya jadi hilang dan sama seperti kelas bisnis dan ekonomi.
2. Kursi penumpang seyogyanya diretrofit atau diganti jenisnya dengan yang lebih nyaman, syukur-syukur ada penambahan fasilitas seperti leg rest dan foot rest.
3. Pencahayaan didalam kereta api pada malam hari khususnya kalau bisa dibuat seramah mungkin terhadap mata, sehingga tidak menyilaukan penumpang. 
4. Patut penulis acungkan jempol terhadap kebersihan didalam kereta khususnya toilet, petugas ON TRAIN CLEANING aktif membersihkan toilet setiap kali sehabis digunakan oleh penumpang sehingga terjaga kebersihannya.
5. Keramahan Crew mulai dari Kondektur, Pramugara dan Pramugari terhadap penumpang
6. AC berfungsi dengan baik

Terakhir sebagai harapan dari penulis semoga Argo Bromo Anggrek pelayanannya (dari sisi interior dan saran di dalam gerbong) bisa lebih baik lagi, jika tidak nama Argo Bromo Anggrek akan tinggal kenangan sebagai kereta nomor satu di Indonesia.  


-------------------------------------------- SEKIAN DAN TERIMA KASIH ------------------------------------
*Penulis menerima Kritik  & Saran dari Pembaca